Friday, April 22, 2016

BERBAGI TAK PERNAH SE ASYIK INI | BERGERILYA BERSAMA KOMUNITAS BERBAGI NASI


Pagi hari Jumat, 22 April 2016 saya mencari dan mendatangi rumah salah seorang admin Komunitas Berbagi Nasi Mojokerto, setelah dua hari sebelumnya mencoba mencari-cari kontak lewat media sosial. Namanya Mas Widhi warga asli kota onde-onde.


Alhamdulillah saya diterima dengan baik di rumah Mas Widhi, orangnya sangat ramah, bersahabat, & apa adanya. Senang rasanya dapat teman baru seorang yang berjiwa sosial tinggi meski hidup sederhana. Setelah saya sampaikan niat dan tujuan saya menjalin silaturrahmi, kamipun berbincang-bincang tentang komunitas Berbagi Nasi 

Mas Widhi menuturkan awalnya Komunitas Berbagi Nasi Mojokerto hanya beranggotakan sepasang kekasih yang sama-sama memiliki satu kesamaan yakni jiwa sosial. Memilih cara sederhana dan mudah untuk bersedekah, akhirnya mereka berdua pun sepakat untuk membagi-bagikan nasi bungkus kepada para penghuni kota Mojokerto, dengan target siapapun yang tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit. "Hmm.... belum-belum sudah disuguhi cerita romantis !" ujarku dalam hati. Eh.... ngomong-ngomong anak muda sekarang pacaranya ada yang kaya gini gak ya...???

Berlanjut, waktu demi waktu mengundang ketertarikan beberapa teman untuk ikut bersedekah nasi bungkus seperti apa yang dilakukan sepasang kekasih tersebut. Hingga pada akhirnya secara resmi mereka bergabung bersama 'Komunitas Berbagi Nasi Nusantara' pada tanggal 14 Pebruari 2013. 

Hingga kini anggota Berbagi Nasi di seluruh kota Mojokerto mencapai 50 orang. Dan setiap tanggal 14 Pebruari diperingati pula sebagai hari jadi Berbagi Nasi Mojokerto yang biasa mereka sebut dengan Nasiversary atau Hari Nasi Sayang. Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh komunitas ini adalah gerilya berbagi nasi bungkus setiap sabtu malam di wilayah Mojokerto, selain itu juga Berbagi Sarapan Jumat Berkah setiap tanggal merah hari jumat.

Yang menjadi sangat istimewa kawan, dalam perkembangannya komunitas ini tidak hanya bebagi nasi saja, banyak pengalaman-pengalaman yang menyentuh yang dapat kita ambil pelajaran tentang kepedulian terhadap sesama. Kembali Mas Widhi menceritakan : 

"Pernah pada suatu saat saya di telpon oleh Berbagi Nasi Jakarta, meminta bantuan untuk menemukan seseorang yang telah lama berbulan bulan hilang tak kunjung pulang. Sembari melakukan kegiatan berbagi nasi, satu persatu target kita interview untuk menggali informasi. Dan akhirnya alhamdulillah kami ketemukan orang tersebut sesuai dengan ciri-ciri yang kami dapatkan. Kondisinya memprihatinkan dan tidak ingat apapun karna tekanan mental." 

"Akhirnya kamipun memulangkan orang tersebut kepada keluarganya yang kebetulan telah pindah ke Kota Jember. Keluarganya pun menyambut dengan gembira, dan berterima kasih kepada Berbagi Nasi telah menemukan keluarga mereka. Tangis isak haru tak pelak tumpah pada saat itu" tutur Mas Iwan.

Pernah juga pada suatu malam kegiatan berbagi nasi Mas Widhi dan para Pejuang Nasi menemukan seseorang dalam keadaan kritis dengan tubuh copang-camping, nafas terputus-putus, tergeletak di pinggir jalan. Mencoba mencari tahu Mas Widhi dkk hanya mendapatkan jawaban dari orang-orang disekitar "Biarkan saja mas itu orang gila." kata mereka.

Namun panggilan jiwa membuat para Pasukan Berbagi Nasi tidak sampai hati membiarkannya begitu saja. Segera mereka memanggil tukang becak untuk membawanya ke rumah sakit dan menanggung biaya pengobatan tak peduli siapapun dan bagaimanpun orang yang membutuhkan pasti mereka tolong. Sungguh hati nurani mereka yang tulus ikhlas patut kita jadikan contoh.


Sabtu malam, 23 April 2016 tibalah waktunya kegiatan rutin para pejuang nasi untuk bergerilya membagi nasi bungkus. Moment yang istimewa bagiku diperkenankan untuk ikut bergerilya, sengaja aku ajak istri dan anak-anaku ikut kegiatan ini demi mengajarkan pada mereka kepekaan sosial dan nikmatnya arti berbagi.

Pukul 20.00 WIB para pejuang nasi berkumpul di Jalan Empunala Mojokerto tepatnya di kantor Telkom. Setelah melakukan musyawarah teknis 17 pejuang nasi pun bersiap dengan motor masing-masing di bagi menjadi dua team. Team 1 menyisir sebelah utara jalan Empunala hingga Alun-alun Kota Mojokerto. Sedangkan Team 2 menyisir selatan Jalan Empunala Hingga Terminal.

Masing-masing personil sudah siap dengan nasi bungkus masing-masing yang didapat dari swadaya bernas secara sumbangan anggota seikhlasnya yang dikumpulkan setiap minggu sebelum beraksi. Konvoi gerilya malam pun dimulai tepat pukul 21.30 WIB, sengaja hampir tengah malam untuk memudahkan pencarian para tuna wisma yang sedang beristrirahat di pelosok jalan-jalan kota Mojokerto, pertokoan, alun-alun dan pasar Tanjung.

Satu-persatu nasi bungkuspun di bagikan sembari para pejuang nasi mengajak target untuk berbincang bincang sebentar mendengarkan keluhan mereka dan sekedar menawarkan bantuan apa yang mereka butuhkan. Terkadang kulihat beberapa dari tuna wisma itu mengusap mata menangis, trenyuh rasanya. Senyuman tanda terima kasih membuat hati ini ikut merasakan kebahagiaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata. Namun, ada juga yang menolak dan memaki-maki, tapi para pejuang nasi menanggapinya dengan sabar.

Lebih membahagiakan lagi, anak-anakku tak mau kalah ikut ambil bagian dalam perjuangan, dengan semangat dan rasa senang mereka ikut membagikan nasi bungkus meski sedikit takut awalnya tapi dengan bimbingan pejuang nasi malah minta lagi dan lagi. Untungnya para pejuang nasi mau mengalah membiarkan anak-anak yang meyerahkan sedekah hehehe..... Rasa capek karna berjalan pun tidak mereka rasakan saking senangnya, hingga selesai acara dalam perjalanan pulang mereka tertidur lelap.

"SEBUNGKUS NASI TIDAK AKAN MERUBAH HIDUP MEREKA, TETAPI LEWAT SEBUNGKUS NASI MENGAJARKAN CARA BERSYUKUR DAN PEDULI TERHADAP SESAMA"

3 komentar


EmoticonEmoticon