Book Party After War, begitulah tajuk
acara bhaksos yang di gelar di Warung Rakyat, Mengelo-Sooko, 24 April 2016 oleh komunitas yag menamakan
diri Cangkrukan Hitam Putih. Acara ini merupakan gelar seni yang bertujuan
untuk amal pengumpulan buku bekas yang nantinya akan disumbangkan ke Taman baca
Mojokerto Membaca.
Sebagaimana di
lansir oleh Radar Mojokerto 25 April 2016, Abdul Ghani salah satu anggota
komunitas tersebut menyebut, bhakti sosial yang digelar komunitasnya sebagai
bentuk kongkrit menyikapi rendahnya minat baca di tengah masyarakat. “Saya
sangat miris. Minat baca sudah tergantikan oleh alat-alat digital yang kurang
berguna.” Kata guru di salah satu sekolah di kawasan Bangsal ini.
Minggu pagi
yang cerah itu saya berniat menghadiri
undangan acara tersebut dari salah
soerang teman. Namun setengah jalan tancap gas teman saya baru menelpon untuk
mengingatkan saya kalau yang hadir wajib membawa buku bekas sebagai ganti tiket.
“Wah gimana nih gak bawa buku…. masa harus kembali pulang ? bisa telat nanti
hadir di acara.” Gumamku dalam hati.
Tanpa berfikir
panjang saya mampir toko buku terdekat di Kota Mojokerto ; “Meski yang di minta
buku bekas tapi tak masalah lah nyumbang buku baru.” Pikirku. Akhirnya dapat
deh tiketnya, beberapa buku cerita bergambar untuk anak-anak.
Sesampainya
di tempat acara kuserahkan buku-buku yang telah saya beli kepada panitia, dan
memesan segelas kopi sambil menunggu acara dimulai. Aku melihat beberapa remaja
memakai kostum adat jawa sedang melakukan pemanasan untuk persiapan pentas,
menari kecil sambil membawa sebuah bakul. “Hmm.. bakalan seru nih sepertinya.” Kucoba
mencari tempat duduk yang asik buat ngopi dan menikmati acara di panggung.
Tibalah
saatnya MC membuka acara, memohon kepada seluruh yang hadir untuk berdiri
menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Gempita suara ratusan hadirin yang
hadir pagi itu cukup membuat saya merinding. Dilanjutkan dengan penampilan khas
pembukaan acara-acara adat jawa yakni tari ngremo.
Dan
tak salah dugaanku acara pentas seni oleh Cangkrukan Hitam Putih ini cukup
menguras rasa haru-biru dalam dadaku. Penampilan musik akustik dengan lagu-lagu
bertemakan kebangsaan diantaranya Merah Putih Sampai Mati & Indonesia Bangkit
terlantun sangat indah menyadarkan jiwa akan arti cinta pada tanah air.
Belum
lagi puisi yang bertemakan kerinduan pada seorang ibu “Bagaimana Harus Ku Eja
Namamu” kira-kira begitu judulnya. Mengingatkan betapa besar arti seorang ibu
yang tanpa sadar telah kita lupakan namanya dalam doa. Sontak teringat wajah sang
ibunda membuat airmataku mengalir tak terbendung.
Selesai
berharu-biru, penampilan berganti sebuah aksi teater dari anak-anak SMAN 1
bangsal yang baru saja menyelesaikan ujian. Bercerita tentang pengangkatan
salah seorang Raja Mojopahit kala dulu, teater ini juga di bumbui dengan satu
adegan komedi yang meskipun singkat mampu mengocok perut para hadirin hingga
terpingkal-pingkal. “Hmm… kreatif dan berbakat banget anak-anak remaja ini.”
Ujarku dalam hati.
Gulir
acara demi acara selanjutnya sangat kunikmati masih ada beberapa tampilan
seperti dance dll. Namun secara umum kunilai acara bhakti social yang
diselenggarakan oleh Cangkrukan Hitam Putih ini sangat-sangat menarik, kreatif,
menggugah rasa kebangsaan, dan kepedulian. Gak nyesel banget deh pokoknya bisa
ikut acara ini.
Sukses
buat Cangkrukan Hitam Putih, semoga kalo ada event sy bisa di undang lagi.
EmoticonEmoticon